Mengapa Harus Outbound ?
Outbound Training adalah metode pelatihan untuk meningkatkan kinerja organisasi melalui pembelajaran pengalaman. Program semacam itu sering juga disebut sebagai outdoor management development.
Pelatihan Outbound umumnya berkisar pada kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kepemimpinan, keterampilan komunikasi, perencanaan, manajemen perubahan, pendelegasian, kerja tim, dan motivasi. Peserta dibagi ke dalam tim dan ditugaskan untuk menyelesaian dalam waktu tertentu.
Prestasi, kinerja dan perilaku selama kegiatan ini ditinjau melalui proses diskusi yang disebut pembekalan, untuk mengidentifikasi kinerja perilaku yang meningkat atau penyebab kegagalan atau penurunan kinerja. Strategi diformulasikan untuk mengatasi faktor-faktor yang menghambat, dan strategi ini kemudian digunakan dalam kegiatan yang diikutinya, untuk menguji keefektifannya dan pada akhirnya membantu peserta belajar mengubah perilaku atau proses ketika kembali untuk bekerja.
Pada sesi Outbound Training, fasilitator mengajak kelompok untuk mencapai suatu tujuan, namun tidak menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan aktivitas dengan sukses. Peserta harus bekerja mencari solusi secara individu dan bersama sebagai tim, dan harus berkomunikasi dan saling belajar agar sukses. Pembelajaran dimulai dengan pengalaman diikuti dengan refleksi, diskusi, analisis dan evaluasi terhadap pengalaman.
Di Outbound King Adventure kami sangat percaya bahwa pelatihan outbound dapat menjadi elemen kunci dalam mengembangkan tim yang rajin, efektif, dan berkinerja tinggi untuk organisasi Anda.
Ada beberapa ciri yang menandai apakah seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik. Ciri-ciri tersebut, antara lain, adalah sebagai berikut:
- Mentalitas Berkelimpahan (abundance Mentalitaty)
Sifat kepribadian ini dimiliki oleh orang yang suka membagi-bagi apa yang dimiliki kepada orang lain. Orang yang demikian selalu meras bahwa dengan memberikan apa yang dia miliki kepeda orang lain akan membuat dia merasa lebih kaya. Sifat ini adalah lawan dari mentalisasi yang pelit (scarcity mentality). Orang yang memiliki sifat pelit selalu ketakutan dan dia tidak akan mendapatkan sesuatu bila orang lain sudah mendapatkannya.
- Pikiran Positiv pada Orang lain
Bila seseorang memiliki sifat ini, dia akan melihat orang lain sebagai bagian dari kebahagiaan hidupnya sendiri. Selain itu dia selalu melihat sisi positiv hal-hal yang dilakukan dan dipikirkan oleh orang lain. Covey (1990) menggunakan istilah “seek first to understand than to be understood” (berusaha mengerti orng lain lebih dahulu baru diri sendiri dimengerti). Orang yang memiliki sifat kepribadian ini tidak akan segera menarik kesimpulan tentang apa yang dikatakan orang lain sebelum dia mengerti apa yang dipikirkan oleh orang lain.
- Kemapuan Berempati
Sifat ini dimiliki oleh orang yang bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kepekaan perasaan yang dimilikinya membuat dia mudah merasakan kegembiraan dan kesusahan orang lain. Orang yang tidak memiliki kemampuan berempati biasanya sangat sulit untuk berhubungan baik dengan orang lain. Perasaannya tumpul dalam memahami kebutuhan orang lain.
- Komunikasi Transformasional
Sifat ini dimiliki oleh orang yang selalu memilih kata-kata yang enak didengar telinga dalam berbicara pada orang lain, dia tetap memilih kata-kata yang menyejukan hati dan pikiran dalam menanggapi perbedaan tersebut.
- Berorientasi Sama-Sama Puas (Win-Win)
Sifat ini dimiliki oleh orang yang—dalam interaksinya dengan orang—selalu ingin membuat orang lain merasa gembira dan dia juga gembira. Orang yang demikian memiliki rasa respek pada orang lain.
- Sifat Melayani (Serving Attitude)
Orang yang memiliki sifat demikian ini sangat senang melihat orang lain senang dan sangat susah melihat orang lain susah. Sifat ini adalah lawan dari sifat egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau golongannya sendiri. Orang yang memiliki sifat melayani, kalau menjadi pemimpin, dia bukan minta dilayani tapi melayani kepentingan oranng yang dipimpinnya.
- Kebiasaan Apresiatif
Orang yang memiliki sifat ini suka memberikan apresiasi pada apa yang dilakukan oleh orang lain. Apresiasi yang diberikan pada orang lain membuat orang lain merasa dihargai.
Sifat-sifat diri itu memang tidak semua dapat tercapai “hanya” dengan sebuah kegiatan outbound yang hanya berlangsung dalam hitungan hari(1-4 hari). Tapi, kigiatan outbound, terutama yang dirancang khusus untuk tujuan-tujuan tertentu, bisa menjadi starting point (titik pijakan) bagi seseorang untuk menemukan konsep diri dan perilaku yang lebih baik pada hari-jari berikutnya.
Tag: Mengapa Harus Outbound ?