Masjid Istiqlal Jakarta adalah salah satu masjid terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Lokasinya yang strategis di pusat ibu kota Jakarta membuatnya menjadi salah satu landmark penting dan ikon arsitektur yang memukau.
Masjid ini dirancang oleh seorang arsitek asal Indonesia, Frederich Silaban, dan berdiri kokoh di area seluas lebih dari 9 hektar. Dibangun pada tahun 1961 dan diresmikan pada tahun 1978, masjid ini dianggap sebagai simbol kemerdekaan dan kemandirian Indonesia.
Alamat : Jl. Taman Wijaya Kusuma, Ps. Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, cita cita besar untuk membangun sebuah masjid yang dapat menjadi sebuah tempat kebanggan warga Jakarta sekaligus tempat untuk beribadah sudah mengendap di hati warga Indonesia. KH. Wahid Hasyim, Mentri Agama RI pertama dan beberapa Ulama mengusulkan untuk mendirikan Masjid yang mampu menjadi simbol bagi Indonesia. Pada tahun 1953, KH. Wahid Hasyim, selaku Mentri Agama RI pertama bersama H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan dan dibantu sekitar 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman mengusulkan untuk mendirikan sebuah yayasan. Pada tanggal 7 Desember 1954 didirikanlah yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut.
- Tjokroaminoto menyampaikan rencana pembangunan masjid pada Ir. Soekarno dan ternyata mendapatkan sambutan hangat dan akan mendapat bantuan sepenuhnya dari presiden Ir. Soekarno sejak tahun 1954 oleh panitia diagkat menjadi kepala bagian teknik pembangunan Masjid Istiqlal, dan beliau juga menjadi ketua dewan juri untuk menilai sayembara maket Istiqlal.
Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal
Penentuan lokasi Masjid sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung-kampung, selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit. Namun akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda. Karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Pembangunan
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam. Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda, pada tahun 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978,[19] ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000
Arsitekturnya yang megah menggabungkan elemen modern dan tradisional. Dengan menara tinggi yang menjulang, ruang sholat yang luas, dan interior yang indah, masjid ini mampu menampung ribuan jamaah pada saat ibadah Jumat atau perayaan besar lainnya.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga menjadi tujuan wisata religi bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan lingkungannya yang indah dan keramahtamahan penduduk sekitar, masjid ini tidak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga menjadi wadah untuk memahami keberagaman budaya Indonesia.
Masjid Istiqlal sering dijadikan tempat perayaan keagamaan, kegiatan sosial, dan budaya, memperlihatkan peran pentingnya dalam masyarakat Indonesia. Kesederhanaan yang dipancarkan oleh masjid ini sekaligus mewakili kekuatan dan kebesaran Islam di Indonesia.
Masjid Istiqlal juga memiliki keunikan dalam desain arsitekturnya. Salah satunya adalah kubahnya yang berjumlah lima, melambangkan rukun Islam. Selain itu, ornamen yang mendominasi masjid ini terinspirasi dari seni dan budaya Nusantara, sehingga memberikan kesan keindahan budaya lokal dan nasional dalam setiap sudutnya.
Masjid ini juga terletak berdekatan dengan Katedral Jakarta, lambang persatuan dan toleransi antar umat beragama. Kedua tempat ibadah ini berdampingan secara harmonis, memberikan pesan perdamaian dan persatuan bagi masyarakat Indonesia.
Masjid Istiqlal sering kali menjadi tuan rumah bagi berbagai acara keagamaan dan kebudayaan, seperti perayaan Idul Fitri, Idul Adha, serta acara-acara keagamaan lainnya. Selain itu, masjid ini juga sering menjadi lokasi kunjungan kenegaraan dan kegiatan-kegiatan berskala internasional.
Dengan segala keunikan dan keindahannya, Masjid Istiqlal Jakarta menjelma menjadi salah satu ikon Jakarta yang memikat hati siapapun yang mengunjunginya. Keagungan arsitekturnya, pesan toleransi dan persatuan, serta keramahan masyarakat sekitarnya menjadi daya tarik yang tak terbantahkan.
Tag :Masjid Istiqlal Jakarta, Masjid Istiqlal Jakarta