APA ITU OUTBOUND – KING ADVENTURE INDONESIA

OUTBOUND

Outbound merupakan kepanjangan dari kata Out of Boundarries, arti harfiahnya adalah “keluar dari batasan”. Maksudnya, bila anda ingin hal yang biasa maka lakukan dengan cara biasa. Bia anda ingin sesuatu yang luar biasa, maka lakukan dengan cara yang luar biasa pula. cara yang “luar biasa” ini yang akan dipelajari dalam outbound.

Sejarah Outbound

Metode outbound pertama kali digunakan pada tahun 1940-an oleh tokoh pengguna metode ini yaitu Kurt Hahn, seorang warga negara jerman.Ide pertama kali diilhami oleh misi pelayaran kurt hahn ketika mengarungi samudera. Dalam misinya ini hahn bersama ABK-nya mengalami suka dan duka, salah satunya adalah diterjang badai yang hebat namun kapal Hahn selamat berkat kesigapan ABK-nya.
Dalam peristiwa itu, para ABK mampu memerankan fungsinyamasing-masing dengan maksimal dibawah kendali Kurt Hahn. Masing-masing bagian terjalin komunikasi yang harmonis dan merasa senasib sehingga tim ini begitu solid.
Setelah lolos dari maut, Kurt Hahn mampu mengambil sebuah hikmah. Yaitu team work dan solidaritas yang baik akan mampu menghadapi tantangan sebesar apapun.
Lebih jauh lagi Kurt Hahn kemudian mengembangkan metode di kapal layar untuk membentuk sebuah forum pelatihan bagi generasi muda. Tujuannya untuk membentuk mental positif dan sikap cinta tanah air. Metode ini akhirnya berkembang di negara-negara Eropa dan belahan dunia lainnya, termasuk hingga ke Indonesia.

Sejak kapan outbound masuk di Indonesia memang belum ada catatan yang jelas. Namun tahun 1990-an sudah ada yang di mulai dengan pengiriman karyawan perusahaan ke luar negeri hingga akhirnya banyak provider outbound mengembangkannya di Indonesia.
Kemudian yang jadi pertanyaan adalah seberapa efektifkah apabila outbound di selenggarakan dalam ruang lingkup pendidikan ?
Pada awalnya masih banyak beberapa lembaga pendidikan yang meragukan diadakannya kegiatan outbound dalam pendidikan. Namun seiring berjalannya waktu, titik puncak dari kegiatan outbound bukan hanya untuk team work dan solidaritas saja tetapi juga sebagai salah satu metode pembelajaran luar sekolah yang bertujuan di antaranya untuk meningkatkan kreatifitas, minat, bakat dan mengasah potensi diri para siswa.

Outbound memiliki beberapa manfaat, diantaranya :

1. Melatih percaya diri
2. Membangun kerjasama dan kepercayaan satu sama lain dalam tim
3. Melatih kecepatan, ketepatan dan bekerja secara efisien
4. Membiasakan dalam iklim persaingan
5. Menerima dengan fair kekalahan
6. Menerima instruksi dan melaksanakannya
7. Membangun semangat lahirnya ide dan kreatifitas
8. Melatih jiwa kepemimpinan
9. Terampil menggunakan sumber daya yang ada dan terbatas untuk hasil yang maksimal
10. Membangun pribadi yang pantang menyerah
11. Membentuk pribadi yang mempunyai inisiatif
12. Melatih kemampuan komunikasi dan bersosialisasi

Beberapa tentang Outbound :

  1. DefinisiOutbound

Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga dapat memacu semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Oleh karena itu, Kimpraswil menyatakan bahwa outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi.

Kegiatan outbound berawal dari sebuah pengalaman sederhana seperti bermain. Bermain juga membuat setiap anak merasa senang, dan bahagia. Dengan bermain anak dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Oleh karena itu, bermain merupakan fitrah yang dialami setiap anak.

Pengalaman merupakan guru dalam proses pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang anak mengalami proses alami bermain. Hal itu  dalam rangka menambah dan mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun orang tua. Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruangan terbuka atau tertutup.

Berdasarkan latar belakang tersebut outbound merupakan perpaduan antara permainan-permainan sederhana, permainan ketangkasan, dan olah raga, serta diisi dengan petualangan-petualangan. Hal itu yang akhirnya membentuk adanya unsur-unsur ketangkasan, dan kebersamaan serta keberanian dalam memecahkan masalah. Seperti halnya Iwan menegaskan bahwa “permainan yang disajikan dalam outbound memang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang ’tersentuh’ tapi  juga afeksi (emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir)

  1. Manfaat dan Tujuan Outbound

Kegiatan belajar di alam terbuka sepertioutbound bermanfaat untuk meningkatkan keberanian dalam bertindak maupun berpendapat. Kegiatanoutbound membentuk pola pikir yang kreatif, serta meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi. Kegiatan ini akan menambah pengalaman hidup seseorang menuju sebuah pendewasaan diri.

Pengalaman dalam kegiatan outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu mulai dari pembentukan kelompok. Kemudian setiap kelompok akan menghadapi bagaimana cara berkerja sama. Bersama-sama mengambil keputusan dan keberanian untuk mengambil risiko. Setiap kelompok akan meng-hadapi tantangan dalam memikul tanggung yang harus dilalui.

Tujuan outbound secara umum untuk menumbuhkan rasa percaya dalam diri guna  memberikan proses terapi diri (mereka yang berkelainan) dalam berkomunikasi, dan menimbulkan adanya saling pengertian, sehingga terciptanya saling percaya antar sesama.  Ancok pun menegaskan dalam bukunya Outbound Management Training (2003: 3) bahwa:

Metode pelatihan di alam terbuka juga digunakan untuk kepentingan terapi kejiwaan (lihat Gass, 1993). pelatihan ini digunakan untuk meningkatkan konsep diri anak-anak yang nakal, anak pencandu narkotika, dan kesulitan di dalam hubungan sosial. Metode yang sama juga digunakan untuk memperkuat hubungan keluarga ber-masalah dalam program family therapy (terapi keluarga). Afiatin (2003) dalam penelitian disertasinya telah menggunakan pelatihan outbound untuk penangkalan pengguna obat terlarang (narkoba). Dalam penelitiannya Afiatin menemukan bahwa penggunaan metodeoutbound mampu meningkatkan ketahanan terhadap godaan untuk menggunakan narkoba. Selain itu dilaporkan pula oleh Afiatin, penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson bahwa kegiatan di dalam outbound training dapat meningkatkan perasaan hidup bermasyarakat (sense of community) diantara para peserta latihan.

Tujuan outbound menurut Adrianus dan Yufiarti, dalam jurnal Memupuk Karakter Siswa melalui Kegiatan Outbound  (2006: 42) adalah untuk:

1) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa;

2) berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima lingkungan;

3) mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan menghargai perbedaan;

4) membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam kegiatan-kegiatan;

5) lebih mandiri dan bertindak sesuai dengan keinginan;

6) lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain;

7)  mampu berkomunikasi dengan baik;

8)  mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif;

9)  memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter yang baik;

10)menanamkan nilai-nilai yang positif sehingga terbentuk karakter siswa sekolah dasar melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup;

11) mengembangkan kualitas hidup siswa yang berkarakter;

12) menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan.

Dari uraian di atas jelas bahwa outbound  bertujuan sebagai proses terapi individu dan terapi keluarga atau kelompok yang mengalami kesenjangan. Terapi individu misalnya pada anak yang mengalami penyimpangan seperti anak nakal, anak pemakai narkoba, anak yang mengalami gangguan hubungan sosial (anak berkebutuhan khusus). Sedangkan terapi keluarga atau kelompok yang mengalami kesenjangan sosial sehingga membutuhkan penyegaran (refresh). Baik dengan mengadakan rekreasi dan atau mengadakan kegiatan outbound. Misalnya saja pada sebuah kelompok atau lembaga mengadakan kegiatan outbound setahun sekali dalam rangka meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan kualitas karyawan dan perusahaan.

Kegiatan outbound individu atau kelompok akan mendapatkan manfaat yang beragam. Mulai dari menambah pengalaman baru. Memacu rasa keberanian. Membagun rasa kebersamaan. Komunikasi yang efektif antarsesama. Bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi. Memahami setiap kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya maupun orang lain. Dapat menimbulkan rasa saling menghargai dalam setiap keputusan. Selain itu juga outboundbermanfaat sebagai proses berlatih memacu cara berpikir seseorang agar selalu sistematis.

Manfaat Outbound yang lain:

Apapun jenisnya, outbound – dengan berbagai jenis petualangan (adventure) dan permainan (games) yang biasa dijalankan – sebenarnya memiliki manfaat yang beragam, di antaranya:

(1)   komunikasi efektif (effective communication)

(2)   pengembangan tim (team building)

(3)   pemecahan masalah (problem sulving)

(4)   kepercayaan diri (self confidence)

(5)   kepemimpinan (leadership)

(6)   kerja sama (sinergi)

(7)   permainan yang menghibur dan menyenangkan (fun games)

(8)   konsentrasi/fokus (concentration)

(9)   kejujuran/sportivitas.

Ragam manfaat tersebut bermuara pada tercapainya pengembangan diri (personal development) dan tim (team development) yang dapat dirasakan oleh para peserta. Karena sukses seseorang dalam kehidupannya, terutama dalam karier bisnis dan organisasi, sangat ditentukan oleh kepercayaan diri (self efficacy), kemampuan mengontrol emosi, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Para pakar di bidang kecerdasan emosi berpendapat bahwa sukses dalam karier di perusahaan (juga di ranah kehidupan lainnya) lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dibandikan dengan kecerdasan intelektual. Oleh karena itu, upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosional mendapat perhatian yang semakin besar.

Ada beberapa ciri yang menandai apakah seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik. Ciri-ciri tersebut, antara lain, adalah sebagai berikut:

Mentalitas Berkelimpahan (abundance Mentalitaty)

Sifat kepribadian ini dimiliki oleh orang yang suka membagi-bagi apa yang dimiliki kepada orang lain. Orang yang demikian selalu meras bahwa dengan memberikan apa yang dia miliki kepeda orang lain akan membuat dia merasa lebih kaya. Sifat ini adalah lawan dari mentalisasi yang pelit (scarcity mentality). Orang yang memiliki sifat pelit selalu ketakutan dan dia tidak akan mendapatkan sesuatu bila orang lain sudah mendapatkannya.

Pikiran Positif pada Orang lain

Bila seseorang memiliki sifat ini, dia akan melihat orang lain sebagai bagian dari kebahagiaan hidupnya sendiri. Selain itu dia selalu melihat sisi positiv hal-hal yang dilakukan dan dipikirkan oleh orang lain. Covey (1990) menggunakan istilah “seek first to understand than to be understood” (berusaha mengerti orng lain lebih dahulu baru diri sendiri dimengerti). Orang yang memiliki sifat kepribadian ini tidak akan segera menarik kesimpulan tentang apa yang dikatakan orang lain sebelum dia mengerti apa yang dipikirkan oleh orang lain.

Kemapuan Berempati

Sifat ini dimiliki oleh orang yang bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kepekaan perasaan yang dimilikinya membuat dia mudah merasakan kegembiraan dan kesusahan orang lain. Orang yang tidak memiliki kemampuan berempati biasanya sangat sulit untuk berhubungan baik dengan orang lain. Perasaannya tumpul dalam memahami kebutuhan orang lain.

Komunikasi Transformasional

Sifat ini dimiliki oleh orang yang selalu memilih kata-kata yang enak didengar telinga dalam berbicara pada orang lain, dia tetap memilih kata-kata yang menyejukan hati dan pikiran dalam menanggapi perbedaan tersebut.

Berorientasi Sama-Sama Puas (Win-Win)

Sifat ini dimiliki oleh orang yang—dalam interaksinya dengan orang—selalu ingin membuat orang lain merasa gembira dan dia juga gembira. Orang yang demikian memiliki rasa respek pada orang lain.

Sifat Melayani (Serving Attitude)

Orang yang memiliki sifat demikian ini sangat senang melihat orang lain senang dan sangat susah melihat orang lain susah. Sifat ini adalah lawan dari sifat egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau golongannya sendiri. Orang yang memiliki sifat melayani, kalau menjadi pemimpin, dia bukan minta dilayani tapi melayani kepentingan oranng yang dipimpinnya.

Kebiasaan Apresiatif

Orang yang memiliki sifat ini suka memberikan apresiasi pada apa yang dilakukan oleh orang lain. Apresiasi yang diberikan pada orang lain membuat orang lain merasa dihargai.

Sifat-sifat diri itu memang tidak semua dapat tercapai “hanya” dengan sebuah kegiatan outbound yang hanya berlangsung dalam hitungan hari(1-4 hari). Tapi, kigiatan outbound, terutama yang dirancang khusus untuk tujuan-tujuan tertentu, bisa menjadi starting point (titik pijakan) bagi seseorang untuk menemukan konsep diri dan perilaku yang lebih baik pada hari-jari berikutnya.

Dengan konsep-konsep interaksi antara peserta dan dengan alam, melalui kegiatan simulasi di alam terbuka, diyakini dapat memberikan suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berpikir, dan persepsi yang kreatif dan positif dari setiap peserta guna membentuk rasa kebersamaan, keterbukaan, toleransi, dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapnya akan mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam kehidupannya.

Melalui simulasi outdoor activies ini, peserta juga akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development) maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi pemimipin, manajemen reksiko,dan pengambilan keputusan serta inisiatif

Baca Juga : Paket Outbound Murah

Baca Juga : 5 Tempat Wisata Puncak

Baca Juga : Paket Outbound Jogja

Booked : ADITYA 081219876470

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *